TETAP PARTAI DA’WAH, MESKI PKS TERUS DIFITNAH


Bayan Dewan Syari’ah Pusat Partai Keadilan Sejahtera

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi rabbil alamin wasshalatu wassalamu 'ala sayyidil mursalin, nabiyyina Muhammadin wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in. Wa ba'du…


Fenomena partai da'wah PKS dalam blantika perpolitikan nasional telah mengundang banyak hal. Ada ketercengangan, ada pertanyaan, ada pula kekhawatiran bahkan kecurigaan. Menghadapi laju PKS di ranah politik sekaligus ranah da'wah, berbagai pihak melakukan ragam cara. Bertambah banyak yang simpati lalu mendukung, tapi tidak sedikit yang menebar halang rintang dengan langkah politis, bahkan ada yang menebar kedustaan dengan isu keagamaan. Cara yang terakhir ini berulang kali
dimunculkan berbarengan dengan perjuangan politik PKS melalui pemilu
legislatif dan pilkada.

Sebagai partai da'wah yang berfungsi memberikan pencerahan kepada masyarakat luas, PKS harus menjelaskan siapa ia sebenarnya. Sesuai AD-ART partai, lembaga yang berkompeten menjelaskan pandangan dan sikap keagamaan PKS adalah Dewan Syari'ah. Sedangkan pandangan atau sikap keagamaan kader PKS secara individual tidak mencerminkan pandangan dan sikap partai.

Berikut ini pandangan resmi Dewan Syari'ah Pusat PKS tentang beberapa masalah keagamaan yang telah dipolitisir.

1. PKS dan Ahlussunnah Wal Jama'ah

Sebagai partai dakwah PKS berpegang teguh kepada aqidah ahlussunnah waljamaah dengan sumber rujukan utama sebagaimana termaktub dalam Ittijah Fiqih Dewan syari'ah PKS, berupa Mashadir Asasiyah (sumber hukum primer) yang disepakati oleh Jumhur Ulama Ahlu Sunnah wal Jama'ah, yaitu al-Qur'an, Sunnah yang suci, ijma' dan qiyas.

2. PKS dan 'Wahabisme'

Tidak ada hubungan antara PKS dengan 'Wahabiyah', yaitu gerakan yang dipimpin Syekh Muhammad bin Abdul Wahab di negeri Hijaz yang bertujuan untuk memurnikan 'aqidah dari Takhayul, Bid'ah dan Khurafat (TBC), berkerja sama dengan Malik Abdul Aziz dan menggunakan berbagai cara dari yang sifatnya halus sampai yang radikal.

Jelas tidak ada hubungan historis karena PKS lahir pasca reformasi 1998. Tidak ada hubungan struktural organisatoris antara PKS dengan organisasi keagamaan di Saudi Arabia. Bahwa di antara pimpinan PKS pernah studi di Saudi Arabia, hal yang sama berlaku juga pada ormas Islam yang lain. Bahkan ada yang pendirinya pernah mukim di sana. Tapi tidak lantas ormas-ormas tersebut boleh dituduh sebagai pengusung
'Wahabiyah'.

3. Kolektivitas dan keberagaman di PKS

Sebagai partai da'wah yang berprinsip kejama'ahan, maka sifat kolektifitas menjadi ciri PKS yang mewadahi keberagaman, baik dalam rekruting kader maupun pandangan keagamaan dan politiknya.

- Ketua Majelis Syura PKS KH. Hilmi Aminuddin alumni Universitas Islam Madinah, dekat dengan kalangan Persis.

- Duta besar RI di Saudi Arabia Habib DR. Salim Segaf Al Jufri adalah seorang habib cucu pendiri Al Khairat dan salah seorang pendiri Partai Keadilan. Beberapa habaib yang lain fungsionaris PKS seperti Habib Abu Bakar Al Habsyi, Habib Nabil Al Musawwa, Habib Fahmi Alaydrus.

- Presiden pertama Partai Keadilan DR. H. Ir. Nurmahmudi Ismail, MSc lulusan Amerika, berlatar belakang pesantren di Kediri yang kental ke NU-annya.

- Presiden kedua Partai Keadilan dan PKS yang kini Ketua MPR RI DR. H. M. Hidayat Nurwahid, MA lulusan Universitas Islam Madinah, berlatar belakang Muhammadiyah.

- Presiden PKS yang sekarang Ir. H. Tifatul Sembiring alumni sekolah tinggi teknik di Indonesia dan kursus manajemen politik di Pakistan punya latar belakang organisasi di PII

- Ketua MPP-nya Drs. H. Suharna Surapranata, MT lulusan UI dan Jepang berlatar belakang aktivis masjid kampus.

- Ketua Dewan Syari'ah PKS KH. DR. Surahman Hidayat, MA tamatan universitas Al Azhar Mesir yang bermazhab Syafi'i, latar belakangnya NU dan PUI, sebelumnya PII dan HMI.

- Beberapa anggota Dewan Syari'ah Pusat juga berlatar belakang NU seperti KH. DR. Muslih Abdul Karim, MA murid kesayangan KH. Abdullah Faqih, Langitan. H. Bukhari Yusuf, MA, sekretaris DSP, murid kesayangan KH. Noer Ahmad S, ahli Ilmu Falak NU. H. Bakrun Syafi'i, MA alumni Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta adalah murid kesayangan KH Ali Ma'shum. H. Amang Syafruddin, Lc, Msi alumnus Pesantren NU Cipasung, Tasikmalaya yang sering dipuji sebagai murid
nomor 1.

- Beberapa ulama seperti Prof. DR. KH. Didin Hafidhuddin, MS (ketua Baznas), DR. Ahzami Samiun, MA. (putra dari tokoh NU, KH. Samiun Jazuli), Prof. DR. Ahmad Syathori (alumni pesantren Babakan Ciwaringin dan Buntet), adalah tempat bertanya dan rujukan kader PKS.

4. Furu'iyah di PKS

Da'wah PKS menekankan pada tema-tema besar yang bersifat prinsip (qadhaya ushuliyah). Ini supaya da'wah PKS bersifat mempertemukan mempersatukan (jami'ah tajmi'iyah) dan tidak menimbulkan perselisihan/perpecahan (tafriqiyah).

Ittijah fiqh (orientasi fikih) Dewan Syari'ah PKS mendahulukan fiqh persatuan (i-tilaf) daripada fiqh perbedaan (ikhtilaf). Menggali dan mengambil faidah dari khazanah fiqhiyah yang ada dengan prinsip "Almuhafazhatu 'alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah" mengambil pendapat klasik yang masih cocok dan pendapat baru yang lebih maslahat.

Tapi dalam praktik keseharian memperhatikan harmoni dengan mazhab yang banyak dipraktikan yaitu madzhab Syafi'i. Mengedepankan cara kompromi (thariqatul jam'i) atas tarjih, dan menggunakan prinsip keluar dari khilafiah (khuruj 'anil khilaf) sejauh dimungkinkan. Kemudian terhadap perbedaan dalam masalah cabang (furu') mengedepankan sikap toleran (tasamuh). Prinsip yang dipegang "NATA'AWANU FIMA ITTAFAQNA 'ALAIHI WA YA'DZURU BA'DHUNA BA'DHAN FIMA IKHTALAFNA FIHI" – Bekerjasama dalam hal-hal yang disepakati dan saling menghormati dalam hal-hal yang diperselisihkan.

5. Sikap PKS dalam masalah khilafiyah

Berikut ini beberapa masalah khilafiah/furu'iyah yang sering dijadikan alat untuk memfitnah PKS dan pandangan resmi Dewan Syari'ah Pusat PKS tentang itu.

a. Do'a Qunut

Bagaimanapun do'a qunut status hukumnya sunat. Yang disepakati adalah do'a qunut dalam shalat witir, qunut nazilah dalam shalat fardhu yaitu memohon tolak bala dari kaum muslimin dan mendo'akan bencana bagi musuh Islam.

Adapun qunut shubuh tetap saja merupakan masalah khilafiyah. Masalah pilihan, paling tinggi posisinya antara rajih dan marjuh, bukan antara sunnah dan bid'ah. Jadi tidak ada bid'ah dalam qunut shalat fajar.

Dan mengamalkan yang marjuh bisa menjadi pilihan jika membawa kemaslahatan dalam mu'amalah. Jadi bukan sikap plinplan, tapi cerminan sikap bijak dan cerdas. Secerdas Imam Muhammad bin al Hasan al Syaibani murid Imam Abu Hanifah yang melakukan qunut ketika ziarah ke Mesir dan menjadi imam shalat shubuh. Ini karena beliau menghormati Imam Syafi'i –imam madzhab yang dominan di Mesir.

Dan sebijak Imam Syafi'i yang tidak qunut shubuh ketika beliau ziarah ke Imam Muhammad di Baghdad.

Dalam pengamalan di acara-acara PKS kadang qunut shubuh kadang juga tidak, tergantung imamnya. Dan itu tidak pernah ada masalah.

b. Membaca do'a dan tahlil untuk yang meninggal

Pada dasarnya membaca do'a untuk mayit dianjurkan (sunat). Berkat ikatan 'aqidah tauhid, tidak terputus hubungan sesama muslim dengan yang sudah mati sekalipun. Dalam al Quran ada do'a "Rabbanagfirlana wa li-ikhwanina alladzina sabaquna bil imani, wala taj'al fi qulubina ghillan lilladzina amanu.. rabbana innaka raufurrahim". (QS 59: 10).

Menghadiahkan bacaan Surah al Fatihah atau lainnya untuk mayit, atau mewaqafkan/menshadaqahkan sesuatu atas nama atau menujukan pahalanya untuk mayit merupakan amal shalih yang diterima, sesuai pendapat jumhur ulama.

Istigfar, tasbih, tahmid dan tahlil merupakan bagian dari keseluruhan do'a yang dibaca. Waktu berdo'a untuk mayit tidak harus dibatasi pada waktu atau harihari tertentu, dan tidak boleh disyaratkan, sehingga pilihan waktunya lebih luang dan leluasa sesuai kesempatan atau kemampuan.

c. Perayaan maulid Nabi saw

Perayaan memperingati maulid Nabi Muhammad saw menurut sebagian riwayat, digagas oleh Sultan Salahuddin al Ayyubi di Mesir dalam rangka meningkatkan ruhul jihad umat Islam. Sampai hari ini Universitas Al Azhar sendiri mensyi'arkan peringatan maulid Nabi saw.

Bagi kepala pemerintahan seperti Sultan Salahuddin, hal itu merupakan kebijakan yang sesuai syari'ah (siyasah syar'iyah), yang didefinisikan imam Ibnu Uqail sebagai perbuatan yang dilakukan karena lebih maslahat bagi masyarakat dan lebih menghindarkan mereka dari mafsadat, meskipun tidak pernah disabdakan atau dicontohkan oleh Nabi saw.

Adapun bagi masyarakat muslim, peringatan maulid Nabi saw pertimbangannya adalah semata-mata kemaslahatan (mashlahah mursalah). Dasar pertimbangan maslahat ini juga yang menyeleksi ragam acara yang dipandang membawa maslahat. Tentu saja dalam konteks ini ada ruang bagi tradisi dan kreasi yang baik, sehingga ada variasi dari tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu yang lain. Jika dibarengi niat yang lillah, untuk meninggikan Dinullah dan tidak ada sesuatu yang melanggar syari'ah dalam mata acaranya, insya Allah bernilai 'ibadah.

Di lingkungan PKS, biasa diadakan peringatan maulid Nabi saw baik oleh DPP maupun struktur di bawah. Bahkan dianjurkan agar pelaksanaannya bekerjasama dengan masjid, lembaga keagamaan atau masyarakat sekitar.

Para kepala pemerintahan kader PKS biasa memprakarsai atau mensponsori. Para da'i atau asatidz kader PKS biasa menjadi penceramah dalam peringatan ini.

d. Yasinan

Disebutkan dalam sebuah riwayat Imam Ahmad bahwa Surah Yasin merupakan qalbunya al Quran. Membacanya merupakan 'ibadah. Disepakati anjuran membacanya di samping orang yang sakit parah. Boleh dibaca untuk pengobatan dengan ruqyah syar'iyah. Boleh membacanya untuk yang sudah meninggal, menurut jumhur ulama.

Sejauh ada pendapat yang membuka peluang 'amal, adalah tidak bijak menutupnya bagi siapa yang ingin melakukannya.

Waktu membacanya luas, boleh siang apalagi malam dan pada waktu-waktu yang khidmat. Tidak perlu dibatasi pada waktu tertentu. Pertimbangannya adalah kesempatan dan kekhidmatan.

Membiasakan acara membaca al Quran atau memilih surat-surat tertentu, insya Allah merupakan 'adah shalihah atau tradisi yang baik. Memilih surat tertentu untuk dilazimkan dibaca, bukan karena mensyaratkan atau membatasi, tapi karena lebih menyukainya atau lebih familiar, insya Allah merupakan kebajikan, semoga Allah mempertemukan pembacanya dengan surat yang dicintai.

Secara umum, merupakan kebijakan dalam da'wah PKS untuk menghidupkan sunnah yang telah ditinggalkan (ihyaul sunnah al mahjurah) dan tradisi Islami yang menyemarakkan syi'ar Islam sebagai cerminan ketaqwaan.


Melalui bayan ini kami serukan kepada segenap pencinta kebenaran dengan semangat iman dan keadaban, agar tidak termakan oleh fitnah dan hasutan baik lisan maupun melalui selebaran gelap yang menuduh PKS adalah Wahabi dan bukan Ahlussunnah Wal Jama'ah. "Berbuat dusta dan menyebarkannya adalah dosa besar" (HR Bukhori).

Hasbunallah wani'mal wakil, wahuwal muwaffiq ila aqwamith thoriq

Jakarta, 21 Syawwal 1429 /21 Oktober 2008

Dewan Syari'ah Pusat
Partai Keadilan Sejahtera
KH. DR. Surahman Hidayat, MA
Ketua

Type H Behavior

Oleh: PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
(REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH)

ADA penelitian psikologi sosial terhadap masyarakat kapitalis di Barat yang mengindikasikan mereka terjangkit ”type H behavior” atau sebut saja virus 3H.

Ini sekaligus sebuah peringatan untuk kalangan eksekutif dan masyarakat kelas atas Indonesia, mengingat virus 3H dimaksud potensial menyergap kehidupan mereka.Ketiganya adalah hurried,hostile,humorless.

Pertama hurried,suatu sikap yang selalu tergesa-gesa,selalu merasa dikejar-kejar oleh waktu sehingga di manapun berada selalu tidak tenang. Jatah waktu 24 jam sehari atau tujuh hari seminggu rasanya tidak cukup untuk menjalani agenda hidup mereka. Coba saja amati atau renungkan kondisi kita sendiri, fisik dan pikiran jarang menyatu dalam ruang dan waktu yang sama.

Badan kita di sini, tetapi pikiran berada di tempat lain, baik karena sudah ada janji maupun ingin mengejar kegiatan lain. Kondisi mental semacam ini semakin luas menghinggapi masyarakat papan atas.

Hidupnya meloncat dari satu tempat ke tempat lain,minimal pikiran dan emosinya.Teknologi jam tangan yang semula diciptakan sebagai penanda waktu, kini posisinya berbalik malah mendikte dan merampas kebebasan manusia.

Kalender dan jam tangan bukan lagi sebagai hiasan,namun telah menjadi tonggak-tonggak yang mematok dan memagari langkah mereka.Mereka menjerat dirinya dengan kalender dan jam.Mereka juga tidak bisa hidup tanpa telepon genggam sehingga perhatian dan pikirannya bercabang dan beranting ke segala penjuru.

Coba amati perilaku di jalan raya.Semua ingin cepat,namun yang terjadi justru ramai-ramai membuat kemacetan dan kekesalan serta pemborosan.Kita terjebak dan terkena imbas dari hydro carbon society yang menjerat masyarakat kapitalis.

Coba tengok juga sajian acara televisi. Bagi pemilik stasiun televisi, jam siaran adalah uang, sehingga campur aduk silih berganti antara materi sajian pokok dan iklan lantaran tanpa iklan industri televisi akan mati. Pemasang iklan adalah tambang emas. Setiap menonton televisi, tangan mesti memegang remote control untuk memindah saluran yang satu ke yang lain.

Mata dan pikiran pun meloncat-loncat tidak karuan, mengikuti sajian yang berubah-ubah.Dari berita kriminal, gosip selebriti,penggusuran rumah,demo pemilihan kepala daerah, mimbar agama, lawak dan lain-lain yang menghasilkan campur sari suguhan televisi yang tidak selalu enak dan sedap ditonton.

Ketika bicara di telepon,kita juga selalu ingin cepat karena dikejar ongkos pulsa.Bertamu pun jangan lama-lama dan mesti tahu diri karena tuan dan nyonya rumahnya sibuk. Begitu pun ketika menghadap pejabat, harus ingat dengan jatah menit yang telah ditentukan oleh sekretarisnya karena dalam birokrasi justru sekretaris yang mengatur bos.

Bos adalah orang yang sibuk yang harus diatur, siapa pun yang berurusan dengan dia mesti hemat waktu. Lalu ada lagi yang ingin cepat kaya,maka korupsilah dia.Karena semuanya dilakukan tanpa suasana batin yang tenang, jarang muncul pemikiran yang jernih dan dalam.

Busy is the way of life.Hurried,hurried,hurried..... Virus mental kedua adalah hostile. Ini masih bersaudara dengan virus pertama. Siapa cepat siapa dapat. Maka berlombalah untuk berebut apa saja, sejak dari berebut jabatan lurah, camat, bupati, anggota legislatif, sampai presiden.Hostile adalah rasa persaingan dan permusuhan karena takut tidak kebagian.

Yang miskin membenci yang kaya karena dianggap rakus dan tidak dermawan, yang kaya tidak menghargai yang miskin karena dianggap sebagai gangguan dan ancaman yang akan merampok kekayaan mereka.

Maka dibuatlah pagar rumah tinggi-tinggi serta pos satpam serta anjing galak.Ke mana pun pergi, mesti ada pengawal pribadi. Untuk berjaga diri kalau sewaktuwaktu muncul sengketa bisnis, maka banyak orang kaya yang memiliki lawyer pribadi, bukan sekadar pengawal dan dokter pribadi.

Virus mental hostile juga telah menghinggapi para pejabat dan politisi.Mereka memandang pihak yang berbeda sebagai ancaman yang sewaktu-waktu akan merebut posisinya, terlebih menjelang pemilu.
Iklim curiga dan tidak senang pada orang lain mudah terlihat dalam ruang publik, terutama di jalan raya.

Masing-masing sangat sadar untuk mencari aman bagi dirinya seraya curiga pada yang lain. Jika terjadi serempetan kendaraan, bukannya berhenti lalu saling bertegur dengan lapang dan menambah kenalan baru, namun muka masam dan bentakan yang pertama muncul. Karenanya, siapa pun yang merasa menabrak bukannya berhenti minta maaf, malah lari kencang untuk cari selamat.

Hal yang juga membuat kita kecewa,hubungan antarmantan presiden dan antarmantan pejabat tinggi negara juga terserang virus hostility. Bukannya menunjukkan sikap saling bersahabat dan secara kompak ikut prihatin mencari solusi perbaikan bangsa yang masih terpuruk ini, namun yang sering mengemuka di media adalah sering mengkritik di belakang ketimbang memberikan apresiasi dan sharing gagasan konstruktif.

Tampaknya sebagian dari kita lebih senang membenci ketimbang memberi apresiasi. Padahal, pujian dan kalimat bagus itu memberikan energi kehidupan lebih tinggi dan mampu menciptakan kohesi sosial dan optimisme masa depan.

Sebaliknya,katakata dan kalimat negatif memiliki energi rendah, cenderung memperlemah hubungan sosial, serta tidak memiliki daya dorong kuat untuk maju dan membuat loncatan prestasi. Ada kalanya memang terjadi, kritik dan cacian akan membuat seseorang bangkit, tetapi hal itu tidak didasari dengan sikap yang tulus.

Jika kedua macam virus mental di atas telah menyerang kesadaran bawah sadar seseorang, dia akan mengisolasi diri dan jadi pemurung, meski berada di tegah keramaian. Perhatikan saja orang yang selalu hidup tergesagesa dan hatinya cenderung melihat orang lain sebagai pesaing dan ancaman, pembawaannya sulit tertawa (humourless).

Kalaupun tertawa terlihat seperti dipaksakan, tidak lepas.Padahal, setelah diteliti tertawa itu menyehatkan secara pribadi maupun sosial. Di lingkungan masyarakat Barat, peredaran obat penenang dan obat tidur melonjak berlipat-lipat akibat masyarakatnya terserang virus 3H ini.

Tetapi kalau soal tertawa, bagi masyarakat Indonesia, terutama masyarakat bawah, justru lebih mudah dijumpai ketimbang masyarakat papan atas yang tampak selalu serius dan gelisah. Mereka memiliki kiat hidup yang tinggi sehingga bisa tertawa dan bercanda dengan kegetiran hidup dan problem sosial yang dihadapi.Parade pulang mudik Lebaran, misalnya, yang oleh kalangan elite dipandang susah dan menyengsarakan, bagi para pekerja kuli dan pembantu rumah tangga bisa dijinakkan sebagai festival yang membahagiakan.

Jerih payah setahun di kota hilang dan terobati dengan pulang mudik ketemu keluarga dan handai taulan di kampung dengan bekal uang pas-pasan. Idealnya virus 3H itu diubah, sehingga masyarakat papan atas kita menjadi honored, humble, and happy. Hidup terhormat, rendah hati, dan semoga mendatangkan bahagia.(*)